logo

07 Feb, 2024

Adversity Quotient, Kunci Sukses Dalam Menghadapi Rintangan dalam Hidup
news

Dalam sebuah perjalan kami ke luar kota, di sela – sela percakapan kami, tercetus sebuah pertanyaan menggelitik yang disampaikan oleh anak saya. “Pah, kenapa ada orang yang sukses dan ada orang yang tidak sukses?” Dengan santainya saya jawab, “Oleh karena itu kita perlu sekolah nak.” Ternyata jawaban itu belum memuaskan si anak, “Tapi kenapa hasilnya berbeda – beda? Kan guru nya sama, pelajarannya sama, sekolahnya sama, soal – soal nya sama, kenapa hasil akhirnya berbeda?” Sanggahan si anak membuat saya terdiam sejenak. Benar apa yang disampaikannya. Kita boleh bersekolah di tempat yang sama dengan guru yang sama dan sebagainya, tetapi hasil akhirnya berbeda. Kira – kira apa ya jawabannya?

Kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, dan setiap orang memiliki kriteria kesuksesan yang berbeda – beda. Untuk mencapai suatu kesuksesan seperti itu tidaklah mudah, akan banyak kesulitan yang ditemui serta tantangan – tantangan yang dihadapi, bahkan mungkin juga mengalami kegagalan. Sebagai manusia kita pasti akan bereaksi beragam dengan semua kesulitan, tantangan dan kegagalan tersebut. Kesulitan adalah bagian kehidupan yang tidak dapat dihindari, namun kemampuan untuk mengelola keadaan yang menantang membuat individu berbeda. Kemampuan inilah sering disebut dengan Adversity Quotient (AQ) yang merupakan ukuran ketahanan, kemampuan beradaptasi, dan kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan.

Dalam era yang semakin kompleks ini, kita tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang baik, tetapi juga harus mampu mengatasi rintangan dan menjawab tantangan kehidupan dengan percaya diri. Dengan memiliki AQ yang tinggi, kita akan memiliki landasan yang kuat untuk menjadi individu yang tangguh dan mandiri. Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan adversity quotient kita.


1. Menerima Setiap Orang, Situasi, dan Keadaan

Kita akan dengan mudah menyalahkan oranglain, situasi dan keadaan ketika kita menghadapi suatu situasi yang rumit. Kadang kita tidak mau menerimanya bahkan mengkambinghitamkan semuanya. Akan tetapi, ketika kita menerima orang, situasi, dan keadaan sebagaimana adanya, kita dapat menghadapinya dengan lebih efisien. Memecahkan suatu masalah mengharuskan seseorang untuk memahami dan menerimanya terlebih dahulu. Masalah tidak bisa diselesaikan dengan menyangkal atau menolak. Tanpa penyelesaian masalah, kita tidak bisa bertumbuh dan merasakan kepuasan hidup.


2. Ubah Kegagalan menjadi Peluang

Kegagalan tidak bisa dihindari dalam hidup. Setiap orang mencicipinya dalam bentuk, intensitas, dan frekuensi yang berbeda. Mengubah persepsi kita terhadap kegagalan adalah hal yang sangat penting. Misalnya, ketika kita gagal dalam sebuah ujian, pilihannya adalah kita menerima hal tersebut sebagai hasil akhir atau melihatnya sebagai peluang untuk belajar lebih giat lagi. Dengan pola pikir seperti ini, pikiran sadar dan bawah sadar kita akan merespons dengan lebih baik. Kita dapat memanfaatkan sumber daya internal kita dengan lebih efisien.


3. Menerima Kritik Negatif

Sebagai manusia kita pasti tidak suka diberikan kritik negatif. Kita pasti menginginkan umpan balik positif atas perilaku dan tindakan kita. Umpan balik positif menginspirasi, memotivasi, dan menyemangati kami untuk berproduksi lebih banyak dan lebih baik. Sebaliknya, kita tidak menyukai kritik negatif sebagai sebuah standar. Hal ini wajar, karena otak primitif kita melihat kritik negatif sebagai ancaman.

Akan tetapi kritik negatif juga bisa mendatangkan banyak manfaat. Bagi mereka yang memiliki tingkat adversity quotient yang tinggi menerima, menerima, dan bahkan meminta kritik negatif sebagai alat pertumbuhan karena manfaat yang mereka ketahui.


4. Ubah Rasa Iri hati menjadi Kekaguman

Iri hati adalah emosi alami. Kita semua merasakannya ketika seseorang mencapai sesuatu di atas kapasitas dan kemampuan kita. Kita juga iri dengan sifat-sifat sebagian orang, seperti lebih berotot, energik, kreatif, produktif, sehat, bugar, sejahtera, dan lain sebagainya. Saat kita merasa iri, kita mengalami ketidakpuasan dan kebencian. Hal ini biasanya terjadi ketika kita memperhatikan kualitas, kepemilikan, dan kekayaan orang lain yang tidak kita miliki dan keinginan kuat untuk memilikinya. Saat kita terlibat dalam perbandingan sosial, kita mungkin mengalami emosi iri secara alami.

Namun, ketika kita dengan sengaja menciptakan perasaan kagum terhadap situasi yang membuat iri, kita merasakan kelegaan yang menyenangkan. Emosi kekaguman menciptakan efek indah. Saat kita merasa kagum, kita menciptakan rasa hormat dan persetujuan hangat terhadap situasi yang patut ditiru.


5. Melatih Keberanian, Keuletan, dan Fleksibilitas.

Dalam mengambil risiko, kita perlu mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dan berani mengambil tindakan yang diperlukan. Selain itu, kita juga harus belajar untuk tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan atau rintangan, dan terus mencari solusi yang tepat.


6. Memperluas Lingkaran Sosial

Memperluas lingkaran sosial juga dapat meningkatkan adeversity quotient kita. Dalam lingkungan yang positif, kita dapat belajar dari orang lain yang memiliki pengalaman dan pemikiran yang berbeda, dan menjadi lebih adaftif dalam menghadapi situasi yang sulit.


Kesulitan, tantangan bahkan kegagalan tidak bisa dihindari dalam hidup. Mereka ada di mana-mana, datang dari arah yang tidak terduga secara terus-menerus bagi semua orang. Menghadapi hal – hal tersebut memerlukan keteguhan hati dan menjadikannya sebagai keterampilan dalam menghadapi masalah dan tantangan. Dengan memiliki AQ yang tinggi, kita akan memiliki landasan yang kuat untuk menjadi individu yang tangguh dan mandiri di masa depan.


logo

© 2021 Hak Cipta Sekolah Taruna Bangsa